Gangguan keamanan dalam negeri
Tanggal : 11/04/2018 11:12:46
Deskripsi : GANGGUAN KEAMANAN DALAM NEGERI Oleh : Drs. Syahrial SMA NEGERI 1 ENAM LINGKUNG Dalam upaya menegakan kemerdekaan , bangsa Indonesia tidak saja menghadapi gangguan dari luar tetapi juga dari dalam Negeri seperti terjadinya pemberontakan – pemebrontakan daerah 1. Pemberontakan APRA ( Pemberontakan Ratu Adil ) Pemberontakan ini terjadi Bandung Jawa Barat, yang dlatar belakangi oleh peleburan Tentara Nasional Indonesia dengan bekas tentara KNIL menjadi APRIS ( Angkatan Perang Indonesia Serikat ) yang TNI sebagai kekuatan intinya sesuai dengan kesepakatan KMB Hal ini menimbulkan ketegangan di pihak TNI yang berkeberatan bekerja sama dengan KNIL, sebaliknya pihak KNIL menuntut agar bekas kesatuannya ditetapkan sebagai alat penjaga keamanan di jawa barat serta menolak dibubarkannya negara Pasundan. Ketegangan ini di pertajam oleh adanya pertentangan antara golongan Federasi yang tetap mempertahankan eksistensi negara bagian dengan pihak Unitaris yang menginginkan bentuk negara Indonesia adalah NKRI. Pemberontakan ini di pimpin oleh Kapten Raymond Westerling, yang mengajukan ultimatum kepada pemerintah Indonesia dengan tuntutan agar APRA diakui sebagai tentara Pasundan dan menolak dibuburkannya negara Pasundan. Ultimatum ini tidak tanggapi oleh pemerintah RI sehingga tanggal 23 Januari 1950 APRA melancarkan Serangan di Bandung. Pemerintah RIS segera mengirimkan bala tentara ke bandung pada tanggall 24 Januari 1950, Pasukan TNI ini berhasil menumpas gerobolan APRA, tetapi Westerling berhasil melarikan diri dan melanjutkan pertualangannya di jakarta dengan merencanakan untuk menangkap Mentri Pertahanan Sultan Hamengkubuono IX. Usaha ini dapat digagalkan dan selanjutnya pada tanggal 4 April 1950 otak dari pemberontakan ini Sultan Hamid II ditanggap. 2. Pemberontakan DI/TII a. DI / TII di Jawa Barat Pemberontakan ini pada mulanya terjadi di Jawa Barat, dibawah pimpinan Kartosuwiryo, yang memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1949. Kartosuwiryo adalah seorang pemimpin pergerakan umat Islam yang ingin mendirikan negara Islam Indonesia sejak zaman Belanda. Gerakannya berpusat di Jawa Barat tetapi pengaruhnya sampai ke Jawa tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Aceh. Ketika RI harus menarik pasukannya dari kantong – kantong TNI di Jawa Barat , sebagai Konsekwensi dari perjanjian Renville, Karto Suwiryo beserta pasukannya Hisbullah dan Sabillah, tetap tinggal di Jawa barat, sehingga dengan pindahnya pasukanTNI membuat Karto Suwiryo dan pasukannya bebas bergerak. Ketika pasukan RI ( Suliwangi ) bergerak kembali ke Jawa Barat, mereka menjumpai kesatuan – kesatuan bersenjata yang menamai dirinya Darul Islam ( DI ), TII ( Tentara Islam Indonesia ). Mereka berusaha menarik TNI untuk bergabung dengan mereka tetapi TNI menolak dan terjadilah pertempuran diantara kedua belah pihak.. Sejak tanggal 27 agustus 1949 dimulailah operasi penumpasan DI/TII namun karena luas dan sulitnya wilayah tempat gerombolan ini maka TNI mengalami kesulitan, barulah kemudian dengan taktik ”pagar Betis” dari operasi ” Baratayudha ”, mereka berhasil menangkap Karto Suwiryo tanggal 4 Juni 1962 di Gunung Geber Majalaya Jawa Barat oleh pasukan Siliwangi dan setelah disidangkan maka ia di jatuhi hukuman mati tanggal 16 Agustus 1962. b. DII/TII di Jawa Tengah Pemberontakan DI /TII di Jawa Tengah pada mulanya muncul di daerah Brebes,Tegal dan Pekalongan yang dipimpin oleh Amir Fatah. Pemberontakan DI/TII Jawa Tengah pada mula kecil,tetapi kemudian membesar setelah Bataliyon 426 di daerah Kudus dan Magelang melakukan pemeberontakan dia menyatakan diri bergabung dengan Amir Fatah. Penumpasan pemberontakan ini berhasil dilaksanakan oleh TNI dengan suatu operasi militer yang dikenal dengan nama sandi ” Banteng Negara” dibawah pimpinan Letnan kolonel Sarbini. c. Pemberontakan DI/TII di Aceh Pada Tanggal 20 September Daud Beureuh memproklamirkan Aceh sebagai bagian dari DI/TII KartoSuwiryo di Jawa Barat, untuk mengatasi pemberontakan ini diadakannlah ” Musyawarah Kerukaunan Rakyat Aceh”. Musyawarah ini diprakarsai oleh Pangdam I/Iskandar Muda Kolonel M. Yasin pada tanggal 17-28 Desember 1962. musyawarah ini kemudian berhasil membawa Daud Beureuh dan pengikutnya kembali kepada NKRI. d. Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan. Pemberontakan ini di pimpin oleh Kahar Muzakar yang pada mulanya bekas anggota KNIL di Pulau Jawa yang kemudioan bergabung dengan gerombolan ” Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan ” ( KGSS). Pada bulan Januari 1952 ia menyatakan bahwa Sulawesi Selatan merupakan bagian dari DI/TII Karto Suwiryo. Penumpasan pemberontakan ini dilakukan dengan operasi milter dan tangal 3 Februari 1952 Kaharmuzakar tewas dalam sebuah serbuan TNI. e. Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan. Pemberontakan ini dimpimpin oleh Ibnu Hajar alias Hader Bin Umar, alias Angli, bekas TNI. Pasukannya dinamakan ” Kesatuan rakyat yang tertindas” Ia menyatakan gerakannya bagian dari DI/TII di Jawa barat, pemberontakan di mulai Oktober 1950 dan baru bisa ditumpas tahun 1959. 3. Pemberontakan Andi Aziz Pemberontakan ini terjadi di Sulawesi selatan ( Ujung Pandang) tanggal 5 April 1950.di bawah pimpinan Andi aziz Latar belakang terjadinya pemberontakan: 1) Menuntut pada pemerintah pusat yang akan bertanggung jawab atas keamanan daerah Sulawesi selatan dan Indonesia bagian tTimur adalah bekas tentara KNIL. 2) Mempertahankan berdirinya negara Indonesia Timur. 3) Menolak kedatangan APRIS dan TNI Ke Sulawesi Selatan. Namun semua tuntutan Andi Aziz ditolak oleh pemerintah pusat dan segera memerintakah Andi Aziz untuk datang ke Jakarta guna mempertanggung jawabkan perbuatan itu, hal ini juga di tolak oleh Andi Azizz, oleh sebab itu maka pemerintah melaksanakan operasi penumpasan dengan mengirimkan pasukan APRIS ke Sulawesi Selatan di Bawah pimpinan Kolonel Alex Kawilarang. APRIS secara cepat berhasil menumpas gerombolan ini dan Andi aziz berhasil ditangkap dan di diadili di jakarta. 4. Pemberontakan RMS Pada tanggal 25 April 1950, DR. Soumokil ( bekas Jaksa Agung Negara Indonesia Timur ), memproklamasikan berdirinya Negara ”Republik Maluku Selatan ( RMS),. Di Ambon yang terlepas dari negara Indonesia Timur dan RIS, Pemerintah berusaha mengatasi masaalah ini dengan cara damai tetapi gagal oleh karena itu dikirimlah pasukan untuk melaksanakan operasi penumpasan di bawah pimpinan Alex Kawilarang. Pasukan APRIS berhasil menguasai pos-pos penting di Pulau Buru pada tanggal 4 Juli1950, kemudian menguasai Tanibar, Kepulauan Kei dan Aru. Pada bulan November pasukan APRIS berhasil menguasai Ambon , namun Letnan Kolonel Slamet Riyadi gugur, dan tanggal 2 Desember 1963 DR. Soumokil berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. 5. Pemberontakan PRRI/Permesta. Latar belakang : Pertentangan antara pemerintah pusat dan daerah yang berpangkal masaalah perimbangan keuangan pusat dan daerah , dimana hampir sebagian besar hasil – hasil bumi di daerah dibawa ke pusat dan hanya sebagian kecil yang dikembalikan ke daerah penghasil . Pemberontakan PRRI ( Pemerintahan Revolusianer Republik Indonesia ) terjadi di Sumatera Tengah, pemberontakan ini di awali oleh pembentukan Dewan – Dewan meliter di daerah – daerah, seperti Dewan Banteng , Dewan gajah, dewan Manguni Pada tanggal 8 Agustus diadakan pertemuan di sumatera Barat yang dihadiri oleh tokoh-tokoh militer dan sipil antara lain Ahmad Husein, kolonel Dahlan Jambek, Kolonel Zulkifli Lubis. Pada tanggal 10 Februari 1958 diadakan rapat raksasa di Padang, Kolonel Ahmad Hussen menyampaikan ultimatum kepada pemerintah yang isiya sebagai berikut : 1) Kabinet Juanda harus menyerahkan mandatnya kepada Presiden atau Presiden mencabut mandat kabinet Juanda dalam waktu 5 x 24 jam. 2) Presiden menugaskan Drs. Hatta dan Sultan Hamengkubuwono untuk membentuk kabinet. 3) Meminta kepada Presiden supaya kembali kepada kedudukan sebagai Presiden Konstitusi. Ultimatum ini ditolak oleh pemerintah pusat, dan memecat secara tidak hormat Letkol Ahmad Husein, Kol.Zulkufli, Kol. Dahlan Jambek, dan Kol. Simblon. Kemudian komando daerah Militer Sumatera Tengah di bekukan dan ditempatkan dibawah KASAD. Pada tanggal 15 Februari 1958 Ahmad Husein memproklamirkan berdirinya pemerintah Revolusioner Republik Indonesia ( PRRI ), dengan Perdana Mentrinya Mr. Syafrudin Prawiranegara. Pada tanggal 17 Februari 1958 Letnan Kolonel D.J. Somba, komandan daerah Militer Sulawesi Utara dan Tengah mendukung sepenuhnya PRRI, dan menyatakan dirinya putus hubungan dengan pemerintah pusat, gerakan di Sulawesi ini lebih dikenal dengan nama gerakan perjuangan rakyat semesta ( Permesta ). Untuk mengatasi masaalah ini pemerintah melaksanakan operasi gabungan dari darat, laut dan udara, operasi tersebut antara lain : ? Operasi tegas , dipimpin oleh Lekol Kaharuddin Nasution, untuk mengamankan instalasi minyak di Riau dan menguasai Pekan Baru 12 Maret 1958. ? Operasi 17 Agustus dipimpin oleh Kolonel Ahmad Yani di Sumatera Barat serta berhasil menguasai kota Padang 7 April 1958 dan Bukittinggi 4 Mei 1958 ? Operasi Sapta Marga dipimpin oleh Brigjend Djatikusumo untuk Sumatera Utara. ? Operasi sadar untuk wilayah Sumatera Selatan dipimpin oleh Letkol. Ibnu Sutowo. Ahmad Husein menyerahkan diri pada tanggal 29 Mei 1961 yangn kemudian diikuti oleh pemimpin PRRI lainnya. Sedangkan Gerakan Permesta di Suwalesi dapat dipatahkan pada pertengahan tahun 1961 dan keamanan di daerah ini dapat di pulihkan kembali
![]() | |
Telah didownload 367 kali |